Wabah Hitam, juga dikenal sebagai Maut Hitam, pertama kali melanda Eropa pada pertengahan hingga akhir abad ke-14, sekitar tahun 1347 hingga 1351. Wabah ini mengakibatkan kematian sepertiga hingga dua pertiga populasi Eropa. Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Yersinia pestis dan menyebar melalui pinjal dengan bantuan hewan seperti tikus rumah. Selain Eropa, wabah ini juga mempengaruhi sebagian besar Asia dan Timur Tengah, membawa dampak yang signifikan pada struktur sosial dan populasi.
Pada tahun 1347, kapal dagang yang mengangkut barang dagangan dari wilayah kekuasaan Golden Horde di Laut Hitam secara tidak sengaja membawa Wabah Hitam ke Mediterania. Wabah ini dengan cepat menyebar ke seluruh Eropa, Timur Tengah, dan Afrika utara, menewaIskan hingga 60% penduduk. Sejak awal, pandemi berkepanjangan pun terjadi—dikenal sebagai Pandemi Wabah Kedua—yang berlangsung selama lima abad, berakhir pada awal tahun 1800-an.
Asal-usul Pandemi Wabah Kedua telah menjadi bahan perdebatan yang luas. Meskipun teori yang berlaku menyatakan bahwa pandemi ini bermula di Asia Timur, khususnya di Tiongkok, satu-satunya bukti arkeologis hingga saat ini telah ditemukan di Asia Tengah, dekat Danau Issyk Kul, di wilayah Kirgistan saat ini.
Menurut temuan tersebut, komunitas pedagang lokal dilanda epidemi pada tahun 1338 dan 1339. Hampir 140 tahun yang lalu, penggalian menemukan batu nisan yang menunjukkan bahwa orang-orang meninggal selama masa itu karena epidemi atau “wabah” yang tidak diketahui.
Sejak penemuan awal, para sarjana telah memperdebatkan pentingnya batu nisan, yang ditulis dalam bahasa Suryani, dalam kaitannya dengan Wabah Hitam di Eropa.
Sebuah tim peneliti internasional melakukan analisis DNA purba dari sisa-sisa manusia dan data historis serta arkeologi dari dua situs yang memuat prasasti “wabah”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan penyebab epidemi yang disebutkan dalam prasasti tersebut.
Hasil awal penelitian tersebut cukup menjanjikan. Tim berhasil mengidentifikasi DNA bakteri pes, Yersinia pestis, pada orang-orang yang nisannya bertuliskan tahun 1338. Phil Slavin, penulis utama penelitian dan sejarawan di Universitas Sterling, Inggris, menyatakan bahwa penelitian tersebut akhirnya memberikan bukti bahwa epidemi yang disebutkan pada nisan tersebut memang disebabkan oleh pes.
Para peneliti menemukan sumber strain Black Death
Para peneliti sebelumnya telah menghubungkan dimulainya Wabah Hitam dengan peningkatan signifikan dalam jumlah jenis wabah, yang disebut sebagai peristiwa Big Bang keragaman wabah. Akan tetapi, tanggal pasti kejadian ini masih belum pasti dan diperkirakan terjadi antara abad ke-10 dan ke-14. Mungkinkah peristiwa ini menjadi sumber Wabah Hitam?
Dengan merekonstruksi seluruh genom galur wabah kuno dari situs-situs di Kirgistan, tim menyelidiki kemungkinan keterkaitannya dengan peristiwa Big Bang. Temuan mereka menunjukkan bahwa galur kuno dari Kirgistan diposisikan tepat di simpul peristiwa diversifikasi yang luas ini. “Kami telah mengidentifikasi galur sumber Wabah Hitam dan bahkan mengetahui tanggal pastinya, yaitu tahun 1338,” kata Maria Spyrou, penulis utama dan peneliti di Universitas Tübingen.
Singkatnya, asal mula Wabah Hitam telah dikaitkan dengan peristiwa Big Bang yang menyebabkan keragaman wabah, yang sebelumnya tidak dapat ditentukan tanggalnya secara akurat. Namun, melalui rekonstruksi genom wabah kuno dari Kirgistan, tim tersebut mengidentifikasi sumber galur Wabah Hitam yang tepat dan tanggalnya, yaitu pada tahun 1338.
Asal usul galur yang menyebabkan Wabah Hitam masih menjadi misteri. Para ilmuwan tidak yakin apakah galur tersebut berevolusi secara lokal atau menyebar ke wilayah tersebut dari lokasi lain. Wabah tidak hanya menyerang manusia, karena bakteri tersebut bertahan hidup pada populasi hewan pengerat liar di seluruh dunia, di wilayah yang dikenal sebagai reservoir wabah. Oleh karena itu, galur Asia Tengah kuno yang bertanggung jawab atas epidemi tahun 1338-1339 di dekat Danau Issyk Kul kemungkinan besar berasal dari salah satu reservoir ini.
Menurut Johannes Krause, direktur di Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology dan penulis utama studi tersebut, galur modern yang terkait erat dengan galur kuno dapat ditemukan di tempat penampungan wabah di sekitar pegunungan Tian Shan. Temuan ini menunjukkan bahwa nenek moyang Black Death kemungkinan besar berasal dari Asia Tengah, yang dekat dengan tempat galur kuno tersebut ditemukan.
Dengan presisi yang tak tertandingi, penelitian ini menggambarkan bagaimana meneliti konteks arkeologi yang terdefinisi dengan baik dan membina kemitraan yang erat antara sejarawan, arkeolog, dan ahli genetika dapat mengungkap teka-teki utama sejarah kita, seperti asal-usul Wabah Hitam yang terkenal.
— Ditulis oleh Yusuf Shafit dalam thebrighterside.news —